You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

.

PERAN PAI DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT MADANI

Masyarakat “Madani” atau masyarakat maju, stabil, mandiri, demokratis adil dan kompetitif, mengandalkan kualitas pendidikan yang tinggi dalam berbagai jenis keilmuan dan keterampilan. Oleh karena itu, kelemahan masyarakat dalam bidang ekonomi dan politik yang berakhibat terjadinya krisis dalam kedua bidang tersebut bukan semata disebabkan kelemahan dalam pembinaan dan pengembangan moral bangsa.
Namun demikian, harapan masyarakat agar PAI dapat menjadi motor pembinaan dan pengembangan moral bangsa sangat patut kita sambut dengan antusias. Harapan masyarakat tersebut pada dasarnya merupakan kesempatan (opportunity) bagi penyelenggara PAI untuk meningkatkan peranan dan kiprahnya semaksimal mungkin dan meyakinkan kepada masyarakat serta memegang kebijakan untuk mendukung dana serta fasilitias lainnya seluas-seluasnya. Karena itu diperlukan upaya peningkatan kualitas PAI dari berbagai perspektif termasuk sosiologis dan antropologis.
Dari pengamatan sosiologi dan antropologi pendidikan terdapat dua realitas penting yang mungkin menjadi sumber kelemahan keberhasilan penyelenggaraan PAI. Pertama, PAI yang diberikan oleh para lulusan fakultas tarbiyah kepada murid SD, SLTP dan SLTA di daerah pedasaan mungkin telah mencukupi kebutuhan. Namun peserta didik daerah perkotaan, terutama di kota metropolitan, membutuhkan PAI yang lebih rumit sesuai dengan latar belakang kehidupan social dan ekonomi mereka sayangnya para mahasiswa yang menekuni program studi PAI pada umumnya berasal dari pedesaan. Latar belakang murid SD, SLTP dan SLTA di perkotaan yang pada umumnya kelak menjadi pelaku, bahkan memegang kendali kehidupan ekonomi dan politik bangsa. Idealnya guru agama tersebut seharusnya pernah mengenyam pendidikan dan mengalami pergaulan dengan sesama murid SD, SLTP dan SLTA di perkotaan. Kedua, kurikulum PAi juga belum diperluas dengan mata kuliah yang memungkinkan para mahasiswa dapat menguasai kondisi psikologis serta antropologis peserta didik di perkotaan.Yang ingin ditekankan lagi oleh masyarakat madani adalah masalah reformasi pendidikan agama Islam menuju masyarakat sipil yakni identik dengan demokratisasi system pendidikan Islam secara konsisten, kontinu dan komprehensif, sejauh mana system pendidikan Islam dalam rangka mempersiapkan ‘Abdulloh dan Kholifatulloh (SDM yang diadakan) mampu merekonstruksi ajaran dasar Islam dan dalam waktu yang sama mampu merespons konsep modern dengan menjadikan anak didik sebagai pusat proses belajar mengajar.
Meskipun dunia barat bukan kiblat bukan berarti kita tidak boleh mengambil ibarat dari barat atau belajar dari barat. Bukan berarti pula pendidikan Islam identik dengan anti barat, yang dibutuhkan adalah respons realistis dan kritis dengan landasan pemikiran bahwa budaya bersifat relative yang mengandung plus dan minus. Dengan sikap kritis ini elemen postif dunia barat sah saja di Indonesia misalnya miskin dengan pendidikan tanggung jawab, akal sehat, serta pemecahan masalah pendidikan yang mengabaikan tigas aspek tadi jelas akan melahirkan individu yang selalu merasa tidak percaya diri dan sulit untuk mengembangkan diri. Di dunia barat, khususnya Amerika, pendidikan tiga aspek tersebut bagi anak-anak senantiasa menjadi perhatian dan garapan utama pendidi di rumah dan di sekolah.
Di dalam hal lain masyarakat madani juga menekankan masalah ajaran Islam yang dalam praktek tidak atau jarang kita saksikan untuk kehidupan keseharian yang seharusnya terjadi.
Sering kita saksikan banyak ayat Al-Qur’an atau hadits difahami oleh pemeluknya (atau justru pemikirnya) selalu berdimentasi ke akhiratan yang tidak jarang melepaskan dari dimensi ke duniaan atau dunia nyata yang kita alami sehari-hari ambil contoh kecil ayat:

Ayat ini juga mengandung ajaran kehidupan di dunia, hanya dijadikan alas an perdebatan yang tidak pernah selesai oleh orang-orang Muhammadiyah dan NU apakah Tahlilan untuk orang-orang yang sudah meninggal dunia itu bisa apakah menghadiahkan pahala kepada si penghuni kuburan itu bisa atau tidak, dan seterusnya yang mirip dengan ini.
Pembelajaran yang demikian, merupakan kebiasaan yang dilakukan di pondok pesantren sebab para santri yang sadar ingin memperdalam ilmu agama ia akan terus berjuang dan berupaya menampilkan potret umum karakteristik pesantren di antara tujuan pesantren adalah:
“Pendidikan tidak semata-mata untuk memperkaya pikiran santri dengan penjelasan (pengarahan) tetapi untuk meninggikan moral, melatih dan mempertinggi semangat menghargai nilai spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan tingkah laku yang jujur dan bermoral dan menyiapkan para santri untuk hidup laku yang jujur dan bermoral dan menyiapkan para santri untuk hidup sederhana dan bersih hati setiap santri diajar agar menerima etika agama di atas etik yang lain. Pendidikan pesantren bukanlah untuk mengejar kepentingan kekuasaan, uang dan keagungan duniawi tetapi ditanamkan kepada mereka bahwa belajar adalah semata karena kewajiban dan pengabdian (ibadah) kepada Tuhan”.

Struktur keberagaman yang terbentuk dalam system masyarakat pesantren demikianlah yang membawa para alumni mampu bertahan solid dengan siraman akhlak al-Karimah pada saat hidup di masyarakat yang senantiasa berbuah dan dinamis.

0 komentar:

Posting Komentar

Blog Archive

 
© Copyright 2010 PERNIK EDUKASI is proudly powered by blogger.com | Template by Oketrik